Tiga Minggu Terisolasi, Tim Relawan Gabungan Untuk Palu-Donggala Akhirnya Sampai

0

Donggala, Cakrawalaide.com – Tim Relawan dan Bantuan Kemanusiaan Mahasiswa Fakultas Teknik Industri dari beberapa kampus, antara lain Universitas Muslim Indonesia Makassar, Relawan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) Yogjakarta bersama Tim Relawan Kesehatan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sul-Sel, Brimob Polda Sul-Bar dan Kapolres Donggala harus menempuh perjalan sekitar 113 KM untuk sampai di desa Tawanggeli, kecamatan Pinembani, kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, akhirnya tiba di lokasi pada, Kamis (19/10/2018) sore hari.

Pasca gempa dan tsunami 7,4 SR pada, Jumat (28/09/2018) yang menghantam Palu, Sigi dan Donggala (Pasigala) diketahui ada beberapa daerah yang terkena efek kejadian tersebut, salah satunya desa Tawanggeli.

Kapolres Donggala, AKBP S. Ferdinand Suarji yang memimpin langsung tim gabungan tersebut dalam sambutannya sebelum pemberangkatan mengatakan “ini adalah misi kemanusiaan, sama yang pernah kita lakukan sebelumnya akan tetapi ini akan lebih sulit karena akses jalan menuju  lokasi tujuan,” tuturnya.

“Jadi harapan saya kepada seluruh teman-teman yang tergabung dalam misi ini tetap memperhatikan koridor demi menjaga kesehatan dan keselamatan masing-masing demi sampai ke lokasi tujuan” lanjutnya.

Diketahui tempat tersebut sempat terisolasi selama 3 pekan akibat gempa dan tsunami menyebabkan longsor yang terjadi di sepanjang jalan menuju desa tersebut.

Daerah yang berbatasan langsung dengan kabupaten Sigi ini terletak di atas ketinggian 1577 MDPL  yang dihuni sekitar 133 kepala keluarga yang mayoritas penduduknya adalah petani kopi.

Kepala desa Tawanggeli, Panuyah mengatakan, rasa terima kasihnya kepada tim relawan yang jauh-jauh datang.

“Kita bersukur dan  berterima kasih karena baru pertama kali ada bantuan yang masuk ke desa kami, ini adalah bantuan pertama yang datang dari relawan” ucapnya.

Padahal sebelumnya Panuyah sapaan akrabnya, pernah ke kantor dinas sosial provinsi Sulawesi Tengah dan meminta bantuan untuk warganya pada, Senin (15/10/2018), tapi di tolak dengan alasan anggaran dinas sosial provinsi telah habis karena telah diserahkan ke dinas sosial kabupaten.

Lain lagi yang disampaikan ibu Dian yang juga salah satu pendeta di desa Tawanggeli saat ditanya tentang datangnya tim relawan membawa bantuan

“Bagus, senang ini sangat membantu sekali jama’at yang terkena musibah. Ini mungkin saja sebagai trauma hiling bagi jama’at”

Pasca gempa yang terjadi pihak gereja sempat membuka dapur umum untuk warga desa, akan tetapi hanya bertahan selama 3 hari karena tidak ada bantuan sama sekali.

Anggota tim relawan dan bantuan kemanusiaan dari FTI-UMI yang ikut dalam rombongan, Sovianto menjelaskan, “lokasi ini adalah tempat terjauh dan terberat yang saya lalui selama menjadi volunteer, selain menempuh perjalanan yang jauh lokasinya juga berkabut akibatnya harus ekstra hati-hati untuk sampai ke sini”

“Jalan ke sini sangat licin karena ada beberapa bekas longsoran yang harus di lewati, hujan begini, tadi ada beberapa motor polisi yang bawa bantuan jatuh di tengah perjalanan,” tuturnya.

Penulis : Alam
Red : Izhan Ide

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *