Di Kaki Bukit Cibalak. / Sumber : www.google.com
Di Kaki Bukit Cibalak. / Sumber : www.google.com

Resensi Novel : Di Kaki Bukit Cibalak
Penulis : Ahmad Tohari
Hal : 176
Penerbit : Gramedia
Cetakan ketiga : 2014

Perubahan yang mendasar mulai merambah Desa Tanggir pasa tahun 1970-an. Suara orang menumbuk padi hilang, digantikan suara mesin kilang padi, kerbau dan sapi pun dijual karena tenaganya sudah digantikan traktor.

Novel yang menceritakan tentang keadaan Desa Tanggir pada tahun 70-an , dimana perubahan teknologi mempengaruhi desa tersebut dan di tengah perubahan itu muncul permasalahan yang lain akibat terpilihnya lurah yang tidak jujur.

Seorang pemuda berusia 24 tahun yang bernama Pambudi adalah pemuda jujur yang benar-benar menginginkan kesejahteraan di desanya. Dinding pembatas antara Pambudi dengan lurah desa Tanggir yang baru mulai muncul saat Mbok Ralem, salah satu warga Desa Tanggir yang meminta pinjaman pada koperasi desa untuk berobat tidak diizinkan oleh Lurah Tanggir yang bernama pak Dirga.

Pambudi yang bekerja sebagai pengurus koperasi merasa kalau ada sesuatu yang tak beres mengenai penolakan Pak Dirga. Pambudi akhirnya merasa tidak sepaham dengan lurah baru yang bernama Pak Dirga itu dan memutuskan untuk mengundurkan diri karena ia merasa tidak dapat bekerja di tempat yang bertentangan dengan hati nuraninya. Pak Dirga memiliki akal yang licik dan kurang begitu dermawan terhadap warganya. Ia juga dikenal sebagai pria yang memiliki banyak isteri. Ia terpilih menjadi lurah karena ia dianggap lebih populer dan luwes ketimbang para pesaingnya.

Dan setelah mengundurkan diri Pambudi memilih untuk membantu Mbok Ralem berobat ke Yogyakarta. Di sinilah awal petualangan Pambudi dimulai. Sesampainya di Yogyakarta Mbok Ralem di periksa dan betapa terkejutnya Pambudi mengetahui hasil pemeriksaan Mbok Ralem yg mengatakan kalau Mbok Ralem ini mengidap penyakit kanker.

Akhirnya demi melanjutkan pengobatan Mbok Ralem, Pambudi pergi ke kantor penerbit Kalawarta, sebuah harian lokal di Yogya, dan bertemu pemimpinnya yang bernama Pak Barkah. Ia meminta bantuan kepada Pak Barkah untuk memasang iklan dompet sumbangan untuk pengobatan kanker Mbok Ralem. Pak Barkah mengulurkan bantuannya dan bersedia mencantumkan iklan tersebut dalam harian Kalawarta.

Setelah kemunculan iklan tersebut, banyak donatur yang mengirim wesel ke kantor harian Kalawarta. Bantuan dana berdatangan untuk membantu pengobatan kanker Mbok Ralem. Mbok Ralem mendapatkan perawatan kelas satu di rumah sakit dan bisa sembuh dari kanker yang menyerangnya. Pambudi mengajak Mbok Ralem ke kantor harian Kalawarta untuk mengucapkan terimakasih kepada Pak Barkah dan staf-stafnya dan begitu pula sebaliknya Pak Barkah berterimakasih kepada Pambudi karna berkat peran aktif Pambudi Menyelamatkan sesama dan ide cemerlang membuat iklan di kalawarta, akhirnya koran tersebut menjadi koran yang banyak diminati oleh masyarakat.

Sekembalinya ke desa, Pambudi dihadapkan dengan masalah yang mengharuskannya pergi dari desa. Karena masalah ini pula, Ia bahkan harus meninggalkan gadis yang dicintainya. Gadis itu bernama Sanis, kembang desa di Desa Tanggir Pambudi memutuskan pergi keYogyakarta dan di sinilah ia memulai motivasi hidup yang baru bersama teman seperjuangan semasa SMA yang bernama Topo.

Di Yogyakarta setelah melalui beberapa pertimbangan dan dorongan dari sahabatnya, Pambudi memutuskan untuk berkuliah. Ia juga bekerja di sebuah toko arloji dan di sinilah ia bertemu Mulyani., anak dari pemilik toko arloji tersebut.

Namun tidak cukup berselang lama, Pambudi berhenti bekerja di toko Arloji karena ia di terima sebagai seorang wartawan di kalawarta oleh Pak Barkah. Pambudi telah resmi menjadi jurnalis di harian Kalawarta. Ia membuat gebrakan baru dan menyalurkan ide-ide cemerlangnya untuk mengangkat Kalawarta menjadi harian yang lebih dikenal.

Pak Barkah sangat memuji keahlian Pambudi.Tulisan-tulisan Pambudi banyak diminati masyarakat. Pambudi juga sering menulis tentang Desa Tanggir dan persoalan-persoalan yang dihadapi desa kecil itu. Tulisannya juga menguak tentang ketidakadilan pemimpin desa itu. Tak jarang tulisan Pambudi membuat garang pejabat setempat. Terutama Pak Dirga. Ia semakin tidak disenangi oleh atasannya. Akhirnya, Pak Dirga diberhentikan dari jabatannya.

Setelah sekian lama Pambudi mengasingkan diri di Yogya, ia kembali ke Desa Tanggir untuk menjenguk orang tuanya. Ia berniat untuk mengabarkan berita kelulusannya dan membuat orang tuanya bangga. Sampai di rumah, ia mendapat kabar duka bahwa ayahnya telah meninggal. Hal yang disesalinya adalah ia belum sempat mengatakan kepada ayahnya bahwa ia telah menjadi sarjana. Ia telah ikhlas dengan kepergian ayahnya, karena baginya kematian merupakan hal yang sudah sewajarnya terjadi.

Sementara Pambudi di Yogyakarta, banyak hal yang terjadi di desa. Salah satunya adalah Sanis , gadis yang dicintainya dinikahi oleh Pak Dirga. Hal ini membuat harapan Pambudi untuk bersanding dengan Sanis lebur.
Namun tak di sangka-sangka ternyata Mulyani menyusul Pambudi ke Desa Tanggir dan mengurtarakan isi hatinya kepada Pambudi bahwa sebenarnya ia sudah lama menyimpan perasaan untuk Pambudi , Dan akhirnya seiring dengan berjalannya waktu, luka di hati Pambudi lambat laun menghilang. Terlebih saat ini Mulyani menemani hari-hari Pambudi di Desa Tanggir.

Penulis : Sasty
Red : Hutomo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *