Pulau Lae-Lae, Objek Wisata Yang Terancam Reklamasi

0
Pulau Lae-Lae / Foto : Ryo
Pulau Lae-Lae / Foto : Ryo

Makassar, cakrawalaide.com – Pulau Lae-Lae merupakan salah satu dari beberapa gugusan pulau yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kota Makassar yang sering menjadi destinasi pengunjung local maupun mancanegara.  Untuk mengaksesnya bisa menggunakan Kapal di dermaga Kayu Bangkoa atau dermaga depan benteng Roterdam. Tarif yang dikenakan masih bisa dijangkau dompet mahasiswa. Jarak yang ditempuhpun hanya sekitar 10-15 menit.

Setibanya di dermaga pulau, awak Cakrawala disuguhi pemandangan yang menakjubkan, terlihat masih banyak ikan-ikan kecil berenang dibawah kapal. Airnya pun masih jernih sehingga bisa melihat ikan sampai kedasar. Dibibir pantai terparkir berjejer kapal-kapal nelayan.

Pulau Lae-lae merupakan pulau terdekat dari Kota Makassar yang dihuni 420 Kepala Keluarga dengan sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan.

Setelah puas melihat ikan, ku langkahkan kaki memasuki pemukiman warga yang nyaris tidak ada jarak antar rumah. Hampir semua bangunan rumah warga sudah permanen. Memasuki lorong-lorong masih terlihat hiasan pasca merayakan Hari Kemerdekaan kemarin 17 Agustus.

Sarana dan Prasana

Berdasarkan hasil pengamatan awak Cakrawala, fasilitas Sarana dan Prasana di Pulau Lae-lae belum cukup memenuhi. Dari fasilitas kesehatan belum ada seperti puskesmas atau pustu. Tenaga kesehatan pun belum ada sehingga warga ketika ingin berobat harus menyebrang ke Kota dengan kapal. Dalam segi Pendidikan belum memenuhi standar. Dari bangunan TK, SD, SMP dan SMA digabung dalam satu bangunan sekolah. Tenaga pengajar pun masih kurang. Kebanyakan tenaga pengajar dari Kota, hanya dua penduduk yang berdomisili di Pulau sehingga proses belajar mengajar seringkali terhambat. Sebagian orangtua lebih memilih menyekolahkan anak mereka ke Kota untuk jenjang sekolah menengah atas.

Dalam segi tempat peribadatan  terlihat bangunan masjid yang berada ditengah pemukiman, hampir semua penduduk pulau beragama Muslim. Sepanjang berada di pulau awak Cakrawala tak mengalami kendala dalam dari segi komunikasi lantaran masih terdapat jaringan.

Menurut penuturan warga, kebutuhan air bersih tidak menjadi masalah lantaran sudah terdapat sumur galian besar yang berada ditengah-tengah pemukiman sehingga bisa diakses oleh seluruh masyarakat. Namun yang menjadi kendala dialami warga yaitu mengenai kebutuhan Listrik yang tidak beroperasi 24 jam.

Awak cakrawala dalam wawancara dengan salah satu warga mengatakan, “Listrik disini tidak menyala 24 jam. Nanti malam pi baru menyala dari jam 6 Sore sampai 6 pagi. Kadang-kadang juga digilir menyala. RW 1 menyala siang, RW 2 menyala malam. Tarif bayar listrik dulu menggunakan kilometer 140ribu. Sekarang pindah pake voucher, bayar Cuma 70rb/bulan. Tapi warga disini masih banyak yang  menggunakan kilomenter”

Kadang-kadang juga listrik disini tidak menyala beberapa hari dalam sebulan. Lanjutnya.

Pariwisata

Setelah asyik berdiskusi dengan warga, awak Cakrawala melanjutkan petualangan ke sisi utara pulau. Seakan terhipnotis dengan keindahan alam pasir putih, deru ombak, laut biru dan hembusan angin sepoi-sepoi pantai. Terlihat para pengunjung menikmati pesona alam pantai pulau Lae-lae dengan berenang, bermain pasir putih, bernyanyi, bakar ikan, berselfie ria dll. Biasanya dihari libur pulau Lae-lae dipadati wisatawan yang umumnya dari Kota Makassar.

Sungguh indah pesona alam yang ditawarkan pulau Lae-lae ditambah keramahan penduduk pulau yang ramah dan murah senyum kepada pengunjung yang membuat rela untuk berlama-lama dan lupa akan waktu.

Dibalik pesona dan keindahannya, Pulau Lae-lae sedang dalam keterancaman dengan keberadaan Reklamasi (penimbunan laut) yang tampak disisi selatan sebelah pulau. Mega Proyek Reklamasi yang sedang berlangsung ini dicanangkan akan menjadi  Center Point of Indonesia.(CPI) dengan lahan seluas 157 hektar. akan dibangun perumahan mewah, pusat pemberlanjaan, wisma negara, dll. . Jarak antara pulau lae-lae dengan proyek reklamasi hanya tinggal beberapa ratus meter. Dampak yang timbulkan dari kegiatan Reklamasi yaitu terhimpitnya ruang bagi nelayan untuk mencari ikan sehingga ketika ingin melaut nelayan mencari tempat yang lebih jauh. Penduduk pulau Lae-lae pun khawatir dengan dampak yang akan ditimbulkan dikemudian hari setelah kegiatan penimbunan laut (reklamasi) yang akan menghampiri bibir pantai pulau Lae-lae. Penduduk pulau pun pasrah melihat kegiatan reklamasi yang terus berlangsung yang akan menentukan nasib kehidupan 420 KK dikemudian hari.

Penulis : 1st Ryo

Red : Hutomo Mari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *