Ilustrasi : Jangan Tuna Aksara./ Foto by Alhasim

Ilustrasi : Jangan Tuna Aksara./ Foto by Alhasim

Kisah tiada kata,

Setelahnya hidup pada masa yang menyisakan penyesalan.

Beberapa paragraf tercipta, kini hilang seketika.

Manusia dan peradaban memasuki kesuraman dangkal.

Kata Mark Twain,
Orang yang tak mau membaca tidak lebih daripada orang yang tidak mampu membaca.
Bagaimana mungkin kita mampu membedakan orientasi masyarakat ilmiah dengan masyarakat tuna aksara.
Sementara manusia terlalu asik menikmati kekinian,
Bahkan yang sudah tahu pun belum tentu jadi mau.
Jadi wajar jika sandiwara lebih prioritas ketimbang membaca.
Sebab kita kadang lupa membedakan mana yang semestinya dan tak menjalankan yang seharusnya.
Lalu, apa?
Penulis : Iwan Mazkrib
Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *